Ada Teman Yang Menampar Untuk Membuatmu Sadar, Ada Yang Membelai Untuk Membuatmu Lalai
Hati-hatilah dalam mencari dan memilih teman wahai ukhti dan akhi fillah, pilihlah dia yang benar-benar baik, yang mau senantiasa saling mengingatkan untuk menuju jannah-Nya bersama-sama. Jangan hanya memilih ataupun mencari yang baik luarnya saja, tapi lihatlah hati dan kedekatannya kepada Allah.
Artinya, pilihlah yang baik, yang shaleh maupun shalehah, karena didalam hadits telah disebutkan bahwa pada akhirnya kita akan menyerupai tingkah laku teman kita. Maka ketika kamu berteman, dan temanmu adalah tipe teman yang bawel ketika kamu bersalah, maka sangatlah beruntung dirimu karena Allah mengirimkan pengingat yang hebat untukmu.
Karena ada dua macam teman dalam hidup ini, yaitu
1.Ada yang kata-katanya kadang menampar namun untuk membuatmu sadar
Maka bila saat ini kamu mempunyai teman yang bawel ketika kamu salah, bersyukurlah dengan sangat karena artinya dia sayang kepadamu, sehingga dia tidak mau sedikitpun rela melihatmu dalam kesalahan.
Dan jangan pernah kamu sia-siakan teman yang demikian, teruslah bersabar walau kadang kata-katanya terdengar kasar ditelingamu, sebab bagaimanapun tujuannya adalah baik. Jangan lepaskan teman seperti dirinya, karena mencari teman yang selalu mengingatkanmu pada surga sangatlah sulit.
2.Adapula yang membelai namun untuk membuatmu lalai
Teman yang selalu membuatmu lalai, enggan menasehatimu, cuek dengan keburukanmu dan mendekatkanmu pada neraka maka tanpa dicaripun dia akan banyak mendatangimu.
Oleh sebab itu maka ketika kamu telah berteman dengan yang baik, yang dekat dengan Allah, dan selalu dapat menginspirasimu dalam kebaikan, maka usahakan kamu tak akan pernah meninggalkannya. Maka pandailah kamu dalam memilih teman, pilihlah dia yang sekiranya membuatmu dekat dengan Rabb-mu.
Jangan sampai malah sebaliknya, bila tidak mau hidupmu sengsara dan merugi, baik ketika masih di dunia maupun kelak dihadapan Allah. Dan bila memang kamu sudah berteman, sudah memiliki teman yang selalu membuatmu lebih baik maka jagalah pertemanan yang ada dengan penuh kesabaran dan silaturrahim yang tiada henti. Serta, saling mendoakanlah kamu, agar bisa bersama-sama masuk dalam jannah-Nya kelak.
Imam Syafi’i berkata,
“Jika engkau punya teman yg selalu membantumu dalam rangka ketaatan kepada Allah maka peganglah erat-erat dia, jangan sesekali pernah kau lepaskannya. Kerana mencari teman-baik itu susah, tetapi melepaskannya sangat mudah sekali.”
Dan dalam sebuah hadits diriwayatkan bahwa,
“Apabila penghuni Syurga telah masuk ke dalam Syurga, lalu mereka tidak berjumpa dengan sahabat-sahabatnya yang selalu bersama mereka dahulu di dunia. Meraka bertanya tentang sahabatnya itu kepada Allah,
“Yaa Rabb…Kami tidak melihat sahabat-sahabat kami yang sewaktu di dunia shalat bersama kami, puasa bersama kami dan berjuang bersama kami…?
Maka Allah berfirman,
“Pergilah ke neraka, lalu keluarkan sahabat-sahabatmu yang di hatinya ada Iman walaupun hanya sebesar zarrah.”
(Hadis Riwayat Ibnul Mubarak dalam kitab “Az-Zuhd”)
Mencintainya Seperti Mencintai Diri Sendiri
Islam tidak mengajarkan egois atau mementingkan diri sendiri tanpa mempedulikan keadaan saudaranya. Jika seorang menginginkan kebaikan pada dirinya, hendaknya ia juga menginginkan kebaikan yang sama diraih oleh saudaranya. Jika seseorang ingin menjadi hamba yang menegakkan shalat, ia pun hendaknya menginginkan saudaranya juga untuk bisa menegakkan shalat.
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,
“Seseorang tidak dikatakan beriman hingga ia mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia cintai untuk dirinya”
(HR. Bukhari 13, Muslim 45)
Mencintai bisa jadi berkaitan dengan urusan diin (agama), bisa jadi berkaitan dengan urusan dunia. Rinciannya sebagai berikut.
1.Sangat suka jika dirinya mendapatkan kenikmatan dalam hal agama, maka wajib baginya mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya mendapatkan hal itu.
Jika kecintaan seperti itu tidak ada, maka imannya berarti dinafikan sebagaimana disebutkan dalam hadits. Jika seseorang suka melakukan perkara wajib ataukah sunnah, maka ia suka saudaranya pun bisa melakukan semisal itu. Begitu pula dalam hal meninggalkan yang haram.
Jika ia suka dirinya meninggalkan yang haram, maka ia suka pada saudaranya demikian. Jika ia tidak menyukai saudaranya seperti itu, maka ternafikan kesempurnaan iman yang wajib. Termasuk dalam hal pertama ini adalah suka saudaranya mendapatkan hidayah, memahami akidah, dijauhkan dari kebid’ahan, seperti itu dihukumi wajib karena ia suka jika ia sendiri mendapatkannya.
2.Sangat suka jika dirinya memperoleh dunia, maka ia suka saudaranya mendapatkan hal itu pula.
Namun untuk kecintaan kedua ini dihukumi sunnah. Misalnya, suka jika saudaranya diberi keluasan rezeki sebagaimana ia pun suka dirinya demikian, maka dihukumi sunnah. Begitu juga suka saudaranya mendapatkan harta, kedudukan, dan kenikmatan dunia lainnya, hal seperti ini dihukumi sunnah.
Sumber: MHI
0 Response to "Ada Teman Yang Menampar Untuk Membuatmu Sadar, Ada Yang Membelai Untuk Membuatmu Lalai"
Post a Comment