-->

PARA PENGGENGGAM BARA API

Akan datang pada manusia suatu zaman di mana orang yang bersabar dalam agamanya bagaikan orang yang menggenggam bara api.

Dari Anas bin Malik, Rasulullah Shalallahu'alayhi wa sallam bersabda :

يَأْتِي عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ الصَّابِرُ فِيهِمْ عَلَى دِينِهِ كَالْقَابِضِ عَلَى الْجَمْرِ

"Akan datang pada manusia suatu zaman di mana orang yang bersabar dalam agamanya bagaikan orang yang menggenggam bara api."
(HR. Tirmidz, Al-Fitan; 2361)

Akan datang ketengah2 kita suatu zaman dimana perkara yang haq dianggap batil dan yang hitam dianggap putih. Kejujuran dan kebenaran dimusuhi, sedangkan dusta menjadi tradisi. Sunnah dianggap bid’ah sedang bid’ah dijadikan sunnah. Lawan dianggap kawan dan kawan dijadikan lawan. Orang baik di musuhi sementara orang-orang bodoh di-amanahi. Itulah saat dimana orang-orang yang berupaya ta'at pada syariat diburu aparat, dianggap bughat yang sedang menebarkan jalan maksiyat.

Mereka yg hari-hari itu berpegang dengan agama seperti orang yang menggenggam bara api. Jika dipegang, tangan terbakar namun jika dilepas api akan padam. Orang-orang yang berpegang dengan agama seketika menjadi pribadi yang terasing di tengah kebanyakan manusia.

Siapa yang "waras" pasti akan tersiksa manakala orang-orang di sekitarnya telah menjadi gila. Inilah masa ketika petunjuk yang terang dari nash (Al-Qur’an & Sunnah) diabaikan. Nash diambil bukan untuk dalil melainkan untuk pembenaran. Inilah masa ketika orang-orang beramal berdasarkan perkataan-perkataan orang yang pandai bicara, mengikuti mereka yg dekat dengan penguasa meski lisannya berani menabrak keterangan yg nyata. Inilah masa ketika berpegang teguh pada sunnah justru dianggap terlepas dari busur panah. Mereka dicerca, dimaki dan tersisih dari arus besar jama'ah.

Mari sejenak kita renungi nasehat Nabi Muhammad shalallahu ‘alayhi wa sallam :

“يَأْتِي عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ الصَّابِرُ فِيهِمْ عَلَى دِينِهِ كَالقَابِضِ عَلَى الجَمْرِ”

"Akan datang pada manusia suatu zaman di mana orang yang bersabar dalam agamanya bagaikan orang yang menggenggam bara api."
(HR. Tirmidz, Al-Fitan; 2361)

Agama ini terasing dari ummat Islam, di antaranya karena semakin sedikitnya orang yang memberi nasehat dan peringatan. Inilah masa ketika majelis agama tak lagi memberi ilmu, jauh dari nasehat, bahkan tak sedikit majelis yg disulap menjadi forum debat utk saling menghardik dan membongkar aib.

Inilah masa ketika orang-orang yang dijadikan panutan tak lagi memiliki muru’ah (kehormatan, wibawa). ‘Izzah (harga diri, kehormatan) dakwah ramai namun pondasinya runtuh. Keduanya ditukar dengan ego dan tana’um (bermewah-mewah sebagai gaya hidup). Inilah masa ketika wahn (cinta dunia takut mati) dan waham merasuk dengan kuat, seakan muru’ah hanya tegak dengan kemewahan dan penampilan fisik semata. Inilah masa ketika majelis agama berubah menjadi hiburan dan senda gurau; memberi kesenangan tanpa menumbuhkan ketaqwaan.

Manusia berlomba memegah-megahkan masjid melebihi peruntukannya. Banyak yang ramai oleh manusia, tapi kosong dari hidayah. Yang seharusnya memberi nasehat dan peringatan tak memiliki ‘izzah agama dalam dirinya, sehingga sibuk menampakkan diri menarik utk dipandang mata manusia. Para alim mengikuti mustami’in (audiens) hingga dirinya tak berani menyampaikan perkara-perkara yang menyelisihi selera mustami’in.

Hanya ada penuturan, tanpa peringatan. Banyak menahan nasehat karena senantiasa menganggap ummat tidak siap, tapi tak pernah mempersiapkan mereka. Itulah Ayyamush Shabr (hari-hari kesabaran). Suatu masa ketika siapapun yg mampu bersabar maka dijanjikan pahala yang sangat besar.

Mereka inilah At-Thaifah Al-Manshurah. Yakni mereka yang hidup dalam keterasingan kedua setelah keterasingan pertama di permulaan dakwah mekah. Tidak main-main pahala yang dijanjikan, Rasulullah Shalallahu'alayhu wa sallam bahkan memberikan guarantee dengan 50 kali lipat dari pahalanya para sahabat.

Benarlah kata Sang Nabi ketika mengatakan, "Beruntunglah mereka yang asing."
Sahabat bertanya, "Siapakah mereka ya Rasulullah?"
Beliau Shalallahu'alayhi wa sallam menjawab, "Yakni mereka yang tetap teguh bersabar dan ta'at (Shaleh) diatas sistem kehidupan manusia yang semakin rusak.

Walahu'alam.

Sumber: DAKWAH ISLAM

0 Response to "PARA PENGGENGGAM BARA API"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel