-->

JANGAN PERNAH MENILAI SESEORANG DENGAN MELIHAT MASA LALUNYA

maka janganlah anda menilai orang lain dengan melihat masa lalunya yang buruk

Betapa banyak diantara kita yang memiliki masa lalu yang kelam…
jauh dari sunnah…
jauh dari hidayah…
tenggelam dalam dunia yang menipu…
terombang-ambing dalam kemaksiatan yang nista…
Bukankah banyak sahabat rodhiallahu ‘anhum yang dahulunya pelaku kemaksiatan…
peminum khomr…
bahkan pelaku kesyirikan…?

Akan tetapi tatkala cahaya hidayah menyapa hati mereka, jadilah mereka generasi terbaik yang pernah ada di atas muka bumi ini. Bisa jadi anda salah satu dari mereka para ikhwan/akhwat yang memiliki masa lalu yang kelam… yang mungkin saja kebanyakan orang tidak mengetahui masa lalu kelam anda.

Sebagaimana anda tidak ingin orang lain menilai anda dengan melihat masa lalu kelam anda… maka janganlah anda menilai orang lain dengan melihat masa lalunya yang buruk… Yang menjadi patokan adalah kesudahan seseorang… kondisinya tatkala akan meninggal… bukan masa lalunya.

Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda,

“Sungguh ada seorang hamba yang menurut pandangan orang banyak mengamalkan amalan penghuni surga, namun berakhir menjadi penghuni neraka. Sebaliknya ada seorang hamba yang menurut pandangan orang melakukan amalan-amalan penduduk neraka, namun berakhir dengan menjadi penghuni surga. Sungguh amalan itu dilihat dari akhirnya.” (HR. Bukhari, no. 6493)

Dalam riwayat lain disebutkan,

“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada akhirnya.” (HR. Bukhari, no. 6607)

Amalan yang dimaksud di sini adalah amalan shalih, bisa juga amalan jelek. Yang dimaksud ‘bil khawatim’ adalah amalan yang dilakukan di akhir umurnya atau akhir hayatnya. Az-Zarqani dalam Syarh Al-Muwatha’ menyatakan bahwa amalan akhir manusia itulah yang jadi penentu dan atas amalan itulah akan dibalas.

Siapa yang beramal jelek lalu beralih beramal baik, maka ia dinilai sebagai orang yang bertaubat. Sebaliknya, siapa yang berpindah dari iman menjadi kufur, maka ia dianggap murtad.

Hidup Itu Pilihan

Yang hijrah mati yang nggak hijrah juga mati.

Bedanya yang hijrah sudah mencoba berubah, sudah mencoba merasakan sisi lain hidupnya, sudah berusaha untuk lebih dekat sama Allah. Yang belum hijrah, tetep pada posisi semula. Mudahnya yang hijrah sudah cicipi buruk dan baik, yang belum hijrah cuma cicipi yang buruk. Yang dakwah susah, yang nggak dakwah juga sama susah

Bedanya yang dakwah itu susahnya buat manfaat bagi yang lain, kalau yang nggak dakwah paling susahnya dinikmati sendirian, kebaikan dan nasehat dia nggak diingat sama orang lain, susahnya nggak jadi cerita. Yang belajar bisa salah, yang nggak mau belajar pasti salah.

Bedanya kalau kita mau belajar, salahnya itu bagian pembelajaran, tapi kalau nggak mau belajar, salahnya itu bagian dari kelalaian, salahnya itu karena nggak mau belajar. Kita baik orang bisa jadi nggak suka, walau nggak mungkin semuanya nggak suka, pasti ada yang juga mendukung dalam kebaikan.

Tapi kalau kita tetep jahat dan ada yang masih suka, dia pasti bukan orang baik, dan itu buruk bagi kita. Penipu juga nggak mau dibohongi, maka jujur itu lebih terhormat walau kadang kita yang sulit dalam melakukannya, tapi setidaknya kita senang sama orang jujur.

Poinnya, hidup itu pilihan. Apapun yang kita pilih, jangan kira nggak punya konsekuensinya
Nah, kalau semua ada konsekuensinya, kenapa nggak sekalian pilih yang baik-baik aja?
Sekalian hijrah, sekalian baik, sekalian taat!

Sumber: MHI

0 Response to "JANGAN PERNAH MENILAI SESEORANG DENGAN MELIHAT MASA LALUNYA"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel