Menunda-nunda
Betapa banyak orang yang ringan dalam menunda-nunda untuk melakukan suatu amal shaleh. Mau bersedekah, ditunda terlebih dahulu sampai memiliki tabungan sekian Rupiah. Mau shalat, ditunda dulu sampai akhir waktu. Mau menikah, ditunda sampai mempunyai rumah dan perabotnya dulu. Bahkan mau tersenyum dan menyapa tetangga pun, malah ditunda sampai tetangga yang duluan menegur.
Sifat suka menunda-nunda kebaikan sama seperti menanam bibit penyesalan di akhirat kelak. Betapa banyak orang yang menyesal di saat kiamat nanti karena kebiasaannya menunda-nunda kebaikan dan ketidakmampuannya mengisi waktu hidup dengan baik. Padahal waktu merupakan modal utama kehidupan kita. Rahmat dari Allah bukanlah sesuatu yang perlu ditunggu, melainkan harus dikejar dan diupayakan.
Abu Al Jald rahimahullah berkata,
“Aku mendapatai bahwa at taswif (menunda-nunda kebaikan) adalah salah satu dari tentara Iblis, ia telah membinasakan banyak makhluk-makhluk Allah”
(Kitab Hilyat Al Awliya’ wa Thabaqat Al Ashfiya’, 6/54)
Jangan sampai kita menjadi menyesal karena sering menunda berbuat baik. Cermati firman Allah,
“Dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahanam, pada hari itu sadarlah manusia, tetapi tidak berguna lagi baginya kesadaran itu” Dia berkata, “Alangkah baiknya sekiranya dahulu aku mengerjakan (kebajikan) untuk hidupku ini.”
(QS Al Fajr 23-24)
Dari ayat tersebut terlihat bahwa akan ada suatu golongan yang menyesal hanya karena kebiasaan menunda dalam beramal kebaikan. Sikap yang seperti itu bisa disebut dengan At-Taswif (menunda kebaikan). Penyakit yang berbahaya yang sengaja digunakan iblis dalam menghadang manusia untuk taat dan bertaubat kepada Allah Ta’ala.
Maka menunda-nunda adalah hal yang pantang dikerjakan oleh orang yang beriman pada Allah Dikarenakan orang yang menunda-nunda seperti sombong bahwa ia akan hidup sampai esok hari
Kita tak tahu apakah hari esok masih ada
Sahl bin Abdullah rahimahullah berkata,
“...Seorang yang selalu terus menerus bermaksiat adalah (seperti) seorang yang binasa, dan terus-menerus adalah menunda-nunda, dan menunda-nunda adalah seseorang berkata: “Aku akan bertobat besok” Dan ini adalah pengakuan diri, bagaimana ia akan bertobat besok, padahal besok ia tidak (bisa menjamin) memilikinya.”
(Lihat Kitab Tafsir Al Qurthubi, 4/211)
Ibnu Rajab al-Hanbaly rahimahullah berkata:
“Angan-angan terbesar orang-orang yang telah mati di alam kubur mereka adalah hidup sesaat untuk meraih taubat dan amal shalih yang luput dari mereka, sedangkan orang-orang yang masih hidup di dunia ini justru menyia-nyiakan hidup mereka sehingga umur mereka habis percuma dalam kelalaian, bahkan sebagian mereka ada yang menghabiskannya untuk maksiat.”
(Lathaiful Ma’arif, hlm. 339)
Ibnu Athaillah As-Sakandari menyatakan dalam karyanya kitab al-Hikam bahwa penundaan dalam beramal adalah simbol dari kebodohan seseorang. Kebodohan yang mempengaruhi jiwanya dalam mengarungi hidup ini. Disebut bodoh karena ia telah menunda amalnya dengan menunggu waktu luang, padahal bisa jadi dalam menunggu waktu luangnya itu ajal menjemputnya.
Atau bisa saja justru kesibukannya semakin bertambah karena yang namanya kesibukan dunia akan terus menumpuk karena selalu berkaitan antara satu dengan lainnya. Bahkan sering terjadi pula di saat mendapatkan waktu luang, justru tekatnya melemah karena terhanyut godaan dunia lainnya. Oleh karena itu sepatutnya segera bangkit melakukan amal-amal yang bermanfaat dan mendekatkan diri pada Allah Ta’ala sebelum terlambat.
Sumber: MHI
0 Response to "Menunda-nunda"
Post a Comment